“Surat Tak Berjudul”

Singkat. Perjumpaan denganmu sungguh terasa amat singkat. Lebih-lebih jika rasa itu harus di deretkan dengan sebuah tulisan. Bahkan kalaulah memang tertulis, apakah mampu menerangkan kelu atas kepergianmu? masih terbayang jelas senyummu menyapa dikala sore itu. Masih jelas tergambar suasana diskusi kelas yang belakangan mulai terasa asyik menyelami rimba pengetahuan bersamamu. Namun kini dirimu telah pergi. Meninggalkan sejuta kenang tentangmu yang tak pernah lekang oleh waktu. Tentang pengabdian dan ketulusanmu sebagai guru

Tak pernah terbayang akan secepat ini perjumpaanku denganmu. Engkau yang selalu tersenyum pada dunia meski dirimu tahu betul tidak selamanya kehidupan ini harus engkau senyumi. Engkau yang tidak pernah mau dikalahkan oleh usia senjamu. Engkau yang selalu tulus berbagi kasih lewat kesederhaan. Dan bagiku engkaulah yang telah mengajarkan kata ”kesejahteraan” sebagaimana kata itu harus diucapkan, dipahami, dan ditegakkan bagi Indonesia yang telah terlajur engkau cintai.

Mungkin zaman telah memberimu jarak  pada realitas kekinian namun zaman tidak pernah mampu memutuskanmu pada asa dan cita. Atau mungkin justru sebaliknya, zaman-lah yang telah lelah mengejar keihklasan dan pengabdianmu. Zaman mungkin pula telah me-renta-kan tubuhmu tapi tidak semangatmu, zaman pula yang telah menjauhkanmu dari rentang paradigma hingga murid-muridmu terkadang sukar menjangkau cakrawala pengetahuanmu, namun tidak dengan bahasa cintamu. Sayangnya, aku baru pahami segalanya kini, terlambat.

Sungguh ku tak menyalahkan takdir jikalau memang itu adalah yang terbaik atasmu. Hanya saja penyesalan memang tidak pernah datang di awal  sementara “Ada” menjadi teramat bermakna tatkala ada itu telah tiada. Tak berarti pula sebuah penyesalan karena itu tak akan pernah membawanya kembali, melewati sang takdir. Hanya kenangan atasmu menjadi menawar rindu. Membaca ajaranmu menggugu ilmu. Mencitaimu lewat karya-karyamu.

Aku mungkin tidak seberuntung mereka yang mengenalmu lebih lama dan lebih dekat. Namun dedikasi dan cintamu  tiada pernah mampu ku hapus dari ingatan. Selamat jalan  bunda…..

 

Depok, 16 April 2012 pukul 02.50

 

Pilihan Sulit

Dari: Widiyanto Yudie

 

Silahkan pilih orang yang terpenting dalam sepanjang hidupmu.
Disaat menujuh jam-jam istirahat kelas, dosen mengatakan pada mahasiswa/mahasiswinya:

“Mari kita buat satu permainan, mohon bantu saya sebentar.”

Kemudian salah satu mahasiswi berjalan menuju pelataran papan tulis.

DOSEN: Silahkan tulis 20 nama yang paling dekat dengan anda, pada papan tulis.

Dalam sekejap sudah di tuliskan semuanya oleh mahasiswi tersebut. Ada nama tetangganya, teman kantornya, orang terkasih dan lain-lain.

DOSEN: Sekarang silahkan coret satu nama diantaranya yang menurut anda paling tidak penting !

Mahasiswi itu lalu mencoret satu nama, nama tetangganya.

DOSEN: Silahkan coret satu lagi!

Kemudian mahasiswi itu mencoret satu nama teman kantornya lagi.

DOSEN: Silahkan coret satu lagi !

Mahasiswi itu mencoret lagi satu nama dari papan tulis dan seterusnya.

Sampai pada akhirnya diatas papan tulis hanya tersisa tiga nama, yaitu nama orang tuanya, suaminya dan nama anaknya.

Dalam kelas tiba-tiba terasa begitu sunyi tanpa suara, semua Mahasiswa/mahasiswi tertuju memandang ke arah dosen, dalam pikiran mereka (para mahasiswa/mahasiswi) mengira sudah selesai tidak ada lagi yang harus dipilih oleh mahasiswi itu.

Tiba-tiba dosen memecahkan keheningan dengan berkata, “Silahkan coret satu lagi!”

Dengan pelahan-lahan mahasiswi itu melakukan suatu pilihan yang amat sangat sulit. Dia kemudian mengambil kapur tulis, mencoret nama orang tuanya.

DOSEN: Silahkan coret satu lagi!

Hatinya menjadi binggung. Kemudian ia mengangkat kapur tulis tinggi-tinggi. Lambat laun menetapkan dan mencoret nama anaknya. Dalam sekejap waktu, terdengar suara isak tangis, sepertinya sangat sedih.

Setelah suasana tenang, Dosen lalu bertanya, “Orang terkasihmu bukannya Orang tuamu dan Anakmu? Orang tua yang membesarkan anda, anak adalah anda yang melahirkan, sedang suami itu bisa dicari lagi. Tapi mengapa anda berbalik lebih memilih suami sebagai orang yang paling sulit untuk dipisahkan ?

Semua teman sekelas mengarah padanya, menunggu apa yang akan di jawabnya.

Setelah agak tenang, kemudian pelahan-lahan ia berkata, “Sesuai waktu yang berlalu, orang tua akan pergi dan meninggalkan saya, sedang anak jika sudah besar setelah itu menikah bisa meninggalkan saya juga, yang benar-benar bisa menemani saya dalam hidup ini hanyalah suami saya.”

Note :
Terkadang dalam hidup ini kita sering di hadapkan akan pilihan sulit. Dan kita harus melalui semua itu dengan hati yang lapang.

KEMAJUAN DAN KETERBELAKANGAN (DEVELOPMENT AND UNDERDEVELOPMENT)

Perbedaan tentang hakekat kemajuan (development), penjelasan tentang ketidak berhasilan dalam usaha-usaha untuk mencapainya, dan tampaknya alternatif strategi-strategi yang berhasil telah menguras energi dan menghasilkan beberapa pemikiran. Namun tampaknya pertanyaan mendasar, bagaimana analisis tentang kemajuan. Isu-isu tentang kebijakan sosial mengarah pada kerangka pemikiran/teori yang dipakai.

Teori keterbelakangan mengarahkan pada pendekatan yang menyatu (a unity approach) yang menolak (denies) kenyataan-kenyataan perbedaan yang penting. Dalam studi, perbedaan-perbedaan ini ditangani dengan konsisten atas isu-isu (consistent of issue) dan kemungkinan-kemungkinan menangani dengan kebijakan-kebijakan sosial sebagai suatu yang dinamis dalam perubahan (change) pada negara-negara dunia ketiga.

Dalam perkembangannya dunia ketiga telah bergerak (has emerged) sebagai satu kekuatan yang nyata. Sampai abad ke 20, menjadi subjek dari sistem kapitalis yang didominasi oleh negara-negara barat yang berbasis industri (western industrial nation) atau dilihat tidak relevan.

Dalam jumlah penduduk, dunia ketiga memiliki jumlah terbesar penduduk dunia dan berkembang sangat pesat. Dalam istilah ekonomi (economic terms) memp bagian terbesar dari kekuatan buruh (greatest share of labour power), dan dalam jangka panjang akan merupakan peluang pasar yang sangat besar.

Secara politis, meskipun belum menunjukkan kekuatannya di PBB, namun merupakan kekuatan yang nyata, khususnya berdampak dalam menjembatani keseimbangan (the balance) antara dunia pertama dan kedua. Secara keseluruhan dunia ketiga sebagai kelompok masyarakat (mass of societies) yang berbeda keterbelakangannya. Sejak pertengahan abad ke 20 meskipun tidak dikehendaki oleh analist negara-negara barat untuk mengadakan pendekatan bagian lainnya sebagai kelompok bangsa yang kompleks dan berubah yang berhasil memperoleh kemerdekaan politiknya. Selanjutnya sebagai bangsa yang baru, dilihat memerlukan bimbingan (guidance) dan bantuan untuk mencapai “modernisasi.”

Dalam proses ini banyak asumsi yang dibuat, paling banyak dan mendasar, kepentingan umum antara developed dan underdeveloped. Asumsi-asumsi tersebut kemungkinan sangat naïf. Hubungan antara sebelum dan sesudah kemerdekaan (political independence) dan dinamika underdevelopment, mungkin tidak terlalu naïf seperti bukan nilai setempat (disingenious).

Kepentingan umum, misalnya antara petani dengan peladang kepentingannya sama: hasil pertanian bagus. Dalam pandangan modern sesuatu yang dominan untuk jangka waktu tertentu, bagaimanapun dilihat mencakup (embodied) asumsi banyak kekuatan yang akan berbalikarah (in turn) pada pengaruh langsung + tidak langsung pada strategi-strategi untuk pemb + kebijakan khusus antara (within) strategi-strategi tersebut.

Dalam perkembangannya tahap-tahap yang terjadi ditandai oleh : pusat kegiatan dan sumberdaya tentang informasi pemikiran (informed thinking) yang berubah dari barat kepada dunia ketiga. Bantuan (aid and assistance) dari barat sebelumnya diberikan secara ringkas (epitomising) kepentingan umum (common interest), dan yang terburuk, maksud yang baik tapi mungkin tidak efisien.

Sekarang ikatan ini dilihat sebagai bagian dari proses keberhasilan dimana negara-negara barat telah membentuk kembali (re established) dan mempertahankannya. Dalam istilah ekonomi disebut hegemoni yang hilang dalam istilah politik (political terms), melalui dekolonisasi.

Baik para ahli maupun pemimpin politik (political leaders) di dunia ketiga mengkritik tulisan barat yang berpendapat meneruskan eksploitasi dengan menempatkan penyebab dari keterbelakangan pada dunia ketiga. Istilah “blaming the victim” merupakan fenomena yang dipergunakan oleh mereka yang mempelajari  kemiskinan dan kesenjangan (inequality) antara masyarakat barat.

Penjelasan dari negara-negara dunia ketiga

 

 

 

Dari negara-negara yang mempunyai pengalaman keterbelakangan berpendapat (judged) teori serta penjelasan sebelumnya bertentangan dengan pendapat mereka tentang dunia. Pengalaman Amerika Latin+ Afrika, kemarahan mereka yang tertindas + pemerasan (oppression) dan eksploitasi, juga dikembangkan teori yang berpengaruh sebagai senjata “The Psychology of Oppression,” dimana korban kolonialisasi tidak hanya menyalahkan kekurangannya, tapi secara efektif mengajarkan untuk menerima dan mendalami (internalise) pandagan tidak kompeten dan rendah diri dari mereka sendiri (to accept and interalise this view of his own incompetence and inferiority). Teori ketergantungan (theories dependency) digambarkan sebagai hakekat hubungan struktural (structural relationships) dan diusulkan ketidakadilan antara yang kaya dan yang miskin, daerah perkotaan dan pedesaan, baik dengan/tidak dengan kekuatan (those with power and those without), diantara negara-negara dunia ketiga telah menimbulkan dan dipertahankan oleh proses kemajuannya (their development) dalam subordinasi terhadap kekuatan ekonomi metropolitan.

 

Teori-teori tentang kemajuan dan keterbelakangan menimbulkan perbedaan yang mendasar antara keterbelakangan sebagai suatu negara (between underdevelopment as a state), sebagaimana dalam teori-teori modernisasi, dan sebagai suatu proses.

Memahami sebagai suatu proses, keterbelakangan menjadi suatu kekuatan senjata teoritis (a power theoretical weapon), memperbolehkan kita untuk melihat keterbelakangan bukan suatu posisi dari mana masyarakat dapat bergerak ke depan tapi hasilnya (the outcome) proses yang berkelanjutan dengan mana baik hubungan keluar mereka (their external relationship) dan formasi sosial ekonomi di dalam (internal social and economic formations) diputarbalikkan (perveted) untuk meyakinkan secara progresif integrasi lebih mendalam sebagai bagian-bagian yang dieksploitasi dari ekonomi internasional.

Sebagian masyarakat-masyarakat yang terbelakang telah mencoba untuk membuka kaitan keterbelakangan dan mempergunakan strategi untuk pembagunan yang sejati (genuine development) negara-negara sosialis yang termasuk negara-negara terbelakang /dunia ketiga, seperti Cuba, China, dan Vietnam telah menerapkan sebagai inspirasi mereka, namun karena perbedaan-perbedaan pengalaman historis, organisasi politik dan tingkat ideologis pembangunan, tidak dapat dibentuk suatu model. Negara-negara dunia ketiga yang non sosialis telah mempengaruhi secara mendalam pada kehidupan bersama (influence on their contemporaries), namun kedua negara, Tanzania + Mozambique telah menunjukkan masalah-masalah yang menimbulkan dendam yang berat (despite massive problems) dan hanya bagian kecil tujuan yang dapat dicapai.

Hakekat Pembagunan (Development)

Development merupakan konsep yang kompleks dan sangat mendasar untuk diskusi tentang strategi dan kebijakan. Istilah development pada umumya dipakai oleh negara-negara miskin, bukan negara kaya. Selanjutnya kalau istilah tersebut diterapkan oleh semua negara yang kaya, cenderung pada sebag dari perhatian untuk “backwar” atau “depressedareas dari negara-negara tersebut, atau dalam kaitannya dengan kelompok sosial tertentu (particular social groups). Dari dua contoh tersebut, dimaksudkan bahwa suatu wilayah atau kelompok orang yang perlu dibangun (need to develop), atau dibangun karena mereka dibedakan dari semua kegiatan yang sangat peting dari semua anggota masyarakat (society) yang lain. Terdapat usaha untuk memberi arti yang benar tentang development, tapi hanya suatu asumsi tentang kenyataan (rightness) model kehidupan yang dominan (dominant life styles) dan bentuk-bentuk socio economic (socio economic forms), dan kenyataan (the self evidence) yang perlu untuk dikejar.

Swedia yang termasuk menerapkan negara kesejahteraan sejak lama, dalam perdebatan untuk perubahan yang akan datang (future change), mengemukakan fokus tentang konsep development, dengan perhatian pada hakekat dasar tentang masyarakat (society) dan menyadari bahwa asumsi yl untuk meneruskan pertumbuhan ekonomi tidak berlaku lagi.

Dalam membicarakan konsep development tidak bisa terlepas dari value judgements. Development tidak bisa dilepaskan di suatu konsep yang normatif (development is inevitably a normative concept), tampaknya hampir sinonim dengan perbaikan (improvement). Dilihat dari sisi pemerintah, dilihat dari beberapa penjelasan yang terkait dengan improvements, menggambarkan berbagai proses yang hasilnya berupa keputusan kebijakan  (official policy).

Pendekatan lain yang biasa diterapkan, dengan melihat apa yang telah diterapkan oleh negara lain, mengikuti pola ekonomi negara tersebut dan perubahan sosial yang berdampak kenyataan negara tersebut sebagai tujuan. Hal ini sering terjadi, khususnya pada negara-negara yang pada masa-masa tertentu dibawah kekuasaan langsung oleh negara-negara penjajah, bersama-sama melanjutkan transfer budaya, sosial, politik dan ekonomi yang direcanakan secara eksplisit dan implisit untuk mendirikan dan mempertahankan hegemoni dari sistem-sistem yang khusus dari nilai dan formasi ekonomi (to establish and maintain the hegemony of particular system of values and economic formations), (Long 1977, Hoogvelt 1978).

Secara persuasif telah diperdebatkan kebutuhan mendasar lain dalam masyarakat (human society) adalah pekerjaan (employment), (Seers, 1972). Dalam perdebatan diantara para penulis barat tentang employment sering diartikan income producing employment, baik wage- employment maupun self-employment dalam produksi untuk pasar. Hal ini diasumsikan perlunya cash relationship yang merupakan pemikiran mendasar bagi orang barat untuk pengertian development. Jadi sangat penting kedudukan orang dalam masyarakat diukur dari hubungannya dengan pasar, dengan dampak berbagai konsekwensinya.

Tidak berkeinginan untuk tergantung pada orang lain merupakan rasa harga diri. Employment diartikan, termasuk belajar, bekerja di lapangan untuk konsumsi dan bukan pasar, peduli terhadap mereka yang tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri, dan berbagai peran lain sesuai dengan tujuan masyarakay (society). Pendekatan ini berbeda dengan occupation with paid employment.

Perbedaan tentang equality tidak terlepas dari posisi moral dan persepsi fundamental terhadap hakekat human society (Blowers & Thompson, 1976). Dalam konteks ini lebih diperhatikan equality of condition yang berbeda dengan pengertian yang sering dianut, equality of opportunity. Equality tidak diartikan sebagai kemampuan (talent or ability) yang didistribusikan secara sama, tapi pengakuan bahwa setiap orang sama nilainya (equal worth).

Diyakini banyak pendapat yang tidak setuju equality dipandang sebagai tujuan sebagaimana dikehendaki (in its own right) sebagai elemen ketiga dalam pembangunan (the third element in development) yaitu kemiskinan, unemployment, dan inequality. Karenanya development never will be defined to universal satisfaction.

Banyak penulis berpendapat, asumsi teori-teori modernisasi dapat dikatakan tidak adil (false) dan model-modelnya dibangun berbasi pada teori yang tidak relevan untuk negara-negara dunia ketiga (Long, 1977; Hoogvelt, 1978; Taylor, 1979) dua hal penting yang perlu dibuat tentang teori-teori tersebut:

  1. Teori-teori struktural-fungtionalist dari modernisasi dalam kenyataan sangat berguna untuk mendukung ideologi yang menutupi hakekat imperialis dari kapitalisme barat (Hoogvelt, 1978: 62).
  2. Selai penolakan-penolakan yang berkesinambungan dari teori-teori tersebut baik pada landasan teori maupun penerapannya, namun tetap mempunyai peran dalam pengembangan kebijakan sosial, setidak-tidaknya  melalui organisasi internasional.

Kedua pemahaman tersebut menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi saja bukan pembangunan/development dan modernisasi/westernisasi adalah senjata imperialism ekonomi.

Keterbelakangan dan Ketergantungan (Underdevelopment and Dependency)

Terdapat berbagai versi tentang teori-teori underdevelopment (Foster-Carter, 1974) terdapat berbagai tema penting yang membedakannya dengan teori modernisasi. Perspektif neo-marxist tidak mengasumsikan:

  1. Baik developed maupun underdeveloped societies berdiri sendiri sebagai sistem sosial (self sufficience social systems) tapi lebih menitikberatkan pada saling terkait dari ekonomi global (places emphasis on the interconnections of a global economic) dan sistem sosial.
  2. Dengan memperhatikan sejarah penyebab perubahan sosial di underdeveloped countries, menunjukkan bahwa penyebaran (diffusion)  sistem barat menghasilkan pembagunan yang sebaliknya (reverse development). Bukan kemerdekaan yang lebih luas (greater independence). Hakekat perubahan adalah seperti mengarah pada ketergantungan yang lebih luas dan eksploitasi yang lebih jauh terhadap hubungan (relationships) antara underdeveloped countries dan antara negara-negara tersebut. Lebih besarnya kekuasaan kerjasama (more powerful partners is development). Bagian besar negara-negara miskin atau yang biasa disebut third world, tetap berada di pinggiran (peripheries) sistem kapitalis dunia dan secara berkesinambungan underdeveloped sebagai dampak dari relasinya dengan bangsa-bangsa yang lebih dominan (the more dominant nations).

Struktur kapitalis dipaksa pada formasi-formasi ekonomi + sosial yang telah ada (capitalist structures are imposed on already economic and social formations) struktur yang dipaksakan bukan yang indigenous, diperluas dengan dengan perbedaan-perbedaan antara the domestic and export-oriented economies. Hakekat hubungan ekonomi antara metropolitan countries da underdevelop countries seperti itu berarti surplus dikirim ke negara yang kuat sementara yang tertinggal relatif makin miskin dan makin tergantung (relatively impoverished and chronically dependent).

Konsep development sangat mendasar pada setiap diskusi tentang kebijakan sosial di negara-negara dunia ketiga. Meskipun sering dipergunakan, namun definisinya sering kabur. Konsep-konsep tersebut telah ditantang dan pendekatan-pendekatan modernisasi yang meluas menitik beratkan pada pertumbuhan ekonomi. Diatas semua pandangan tersebut, ditekankan kalau underdevelopment sangat kuat (powerful) dan melanjutkan suatu proses yang menghasilkan beberapa formasi khusus tentang ekonomi dan sosial (continuing set of processes producing particular kinds of economic and social formations) keduanya dalam negara-negara yang sedang berkembang dan antara negara-negara tersebut (both within developing countries and between those countries) dan dengan bangsa-bangsa yang lebih kuat dalam ekonomi internasional (the more powerfull nations in the international economy). Meskipun bentuknya bervariasi dan khusus (specific forms vary), secara umum pemutarbalikan istilah-istilah dari dunia ketiga (in general terms the perversion of third world) political economies may be seen as directing change in the interest of external forces.

 

*Tulisan ini adalah bahan materi perkuliahan Ibu Suwantji Sisworahardjo, SH, MDS  dalam mata kuliah Perencanaan Sosial studi Pasca Sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP Universitas Indonesia


Gadis Matematika dan gadis Logis

PILIH GADIS MATEMATIS ATAU GADIS LOGIS?
Ada dua orang gadis, salah satu dari mereka cara
berpikirnya MATEMATIS (M) dan yang lainnya cara
berpikirnya mengandalkan LOGIKA ( L) . Mereka berdua
berjalan pulang melewati jalan yang gelap, dan
jarak rumah mereka masih agak jauh. Setelah beberapa
lama mereka berjalan….

M : Apakah kamu juga memperhatikan, ada seorang pria
yang sedang berjalan mengikuti kita kira2 sejak
tigapuluh delapan setengah menit yang lalu? Saya
khawatir dia bermaksud jelek.

L : Itu hal yang Logis. Dia ingin memperkosa kita.

M : Oh tidak, dengan kecepatan berjalan kita seperti
ini, dalam waktu 15 menit dia akan berhasil menangkap
kita. Apa yang harus kita lakukan.

L : Hanya ada 1 cara logis yg harus kita lakukan,
yaitu berjalan lebih cepat.

M : Itu tidak banyak membantu, gimana nich…..

L : Tentu saja itu tidak membantu, Logikanya kalau
kita berjalan lebih cepat dia juga akan mempercepat
jalannya.

M : Lalu, apa yang harus kita lakukan? Dengan
kecepatan kita seperti ini dia akan berhasil menangkap
kita dalam waktu dua setengah menit…

L : Hanya ada satu langkah Logis yang harus kita
lakukan.. Kamu lewat jalan yang ke kiri dan aku lewat
jalan yang kekanan. sehingga dia tidak bisa mengikuti
kita berdua dan hanya salah satu yang diikuti
olehnya.

Setelah kedua gadis itu berpisah, ternyata Pria tadi
mengikuti langkah si gadis yang menggunakan logika
(L ). Gadis matematis ( M) tiba di rumah lebih dulu dan
dia khawatir akan keselamatan sahabatnya. Tapi, tidak
berapa lama kemudian, Ga dis Logika (L ) datang.

M : Oh terima kasih Tuhan.. Kamu tiba dengan selamat.
Eh, gimana pengalamanmu diikuti oleh Pria tadi?

L : Setelah kita berpisah dia mengikuti aku terus.

M : Ya.. ya.. Tetapi apa yang terjadi kemudian dengan
kamu?

L : Sesuai dengan logika saya langsung lari sekuat
tenaga dan Pria itupun juga lari sekuat tenaga
mengejar saya.

M : Dan… dan..

L : Sesuai dengan logika dia berhasil mendekati saya
di tempat yang gelap…

M : Lalu.. Apa yang kamu lakukan?

L : Hanya ada satu hal logis yang dapat saya lakukan,
yaitu saya mengangkat rok saya..

M : Oh… Lalu apa yang dilakukan pria tadi?

L : Sesuai dengan logika… Dia menurunkan
celananya…

M : Oh tidak… Lalu apa yang terjadi kemudian?

L : Hal yang logis bukan, kalau gadis yang mengangkat
roknya larinya lebih cepat dari pada lelaki yang
berlari sambil memelorotkan celananya… So akhirnya
aku bisa lolos dari pria itu…

TES WARNA

buat soal pertama, warna putih:

1. kertas HVS warnanya apa ?

2. awan warnanya apa ?

3. tissu warnanya apa ?

4. sapi minum apa ?

yang ngejawab susu konsentrasi anda terganggu, karena sapi minum air.

 

Sudah bisa lolos ? Atau sudah salah ? oke lanjut ke tes yang kedua dengan tema warna Hitam:

1. rambut anda warna apa?

2. tulisan ini warnanya apa ??

3. aspal warnanya apa ???

4. kelelawar tidurnya kapan?

yang menjawab malam, artinya konsentrasinya tergganggu. karena kelelawar tidur siang hari.

 

Benar lagi atau salah lagi ? gakpapa.. pertanyaan terakhir neh, jadi konsentrasi ya, warna Hijau:

1. cendol warnanya apa?

2. daun kelapa warnanya apa?

3. warna umum daun?

4. macan makan apa?

yang jawab rumput , itu salah,karena macan makan daging.

 

yang salah semua….wajib cek ke dokter RSJ hehe..

 

Ayah vs Anak

percakapan ini terjadi antara “ayah” dan “anaknya”. di mana sang anak bertanya kepada ayahnya “yah, ayah tau gak apa artinya POLITIK???”

Dengan segala kepintaran sang ayah berusaha untuk menjelaskan agar mudah di mengerti oleh sang anak…

Ayah: nak… ayah kasih contoh agar kamu mengerti dengan mudah yah.. posisi “AYAH” adalah sebagai pencari nafkah, kamu anggap ayah ini adalah “KAPITALISME”.

“IBU” sebagai pengatur keuangan.. kamu namakan ibumu “PEMERINTAH”

Untuk “KAMU” kita anggap “RAKYAT” karena kami bekerja untuk memenuhi kebutuhan kamu.

untuk “BIBI(pembantu)” kita anggap dia “BURUH”

Untuk “ADIKMU” kita anggap dia sbagai “MASA DEPAN”

Sekarang pikirkan kata ayah secara seksama.. kalau kamu sudah mengerti jelaskan kepada ayah nanti.

Setelah pembicaraan ini sang anak kembali ke tempat tidurnya… sambil merenungkan pembicaraan dengan ayahnya.

Pada waktu tengah malam sang anak mendengar adiknya menangis, lalu sang anak bangun dan memeriksa keadaan adiknya yang ternyata sudah dalam keadaan kotor dan basah kuyup karena ngompol dan buang air besar.

Sang anak akhirnya pergi ke kamar orang tuanya.. tetapi ternyata sang ibu tengah tertidur lelap.. karena kasihan kepada ibunya yang sudah kecapekan, sang anak ga jadi untuk membangunkan ibunya.

Akhirnya sang anak pergi ke kamar sang bibi(pembantu), tapi ternyata pintu kamarnya terkunci, betapa kagetnya sang anak ketika mengintip di lubang kunci, ternyata sang ayah sedang bercinta dengan bibi(pembantu).
Sang anak dengan perasaan marah kembali ke kamarnya.

Keesokan paginya.. sang anak berkata kepada ayahnya.
Anak : “Yah, saya sudah mendapatkan jawaban.. apa itu POLITIK!!!”
Ayah : “Bagus nak… coba jelaskan kepada ayah….”
Anak : dengan entengnya sang anak menjawab “ketika KAPITALISME sedang memanfaatkan BURUH, PEMERINTAH tertidur, RAKYAT hanya bisa menonton dan bingung melihat MASA DEPAN berada dalam kesulitan besar”

ayah : @#!$@#2$@!!!!!!!

 

 

 

sumber: http://www.kaskus.us/showthread.php?t=13263960

 

 

PEMBANGUNAN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN SOSIAL

Berkembangnya konsep pembangunan sosial karena kekecewaan akibat kegagalan pembangunan yang mengutamakan pertumbuhan ekonomi, yang ukuran utamanya: Peningkatan pendapatan masyarakat dan pendapatan perkapita. Negara-negara yang berhasil dalam pembangunan, ternyata memberikan perhatian yang cukup terhadap pembangunan di bidang sosial. Misalnya perhatian kepada manusia dan lembaga-lembaga sosial yang harus menjalankan pembangunan itu. Investasi di bidang sumber daya manusia, menjadi tema pokok pembangunan sosial sama pentingnya dengan investasi untuk prasarana ekonomi.

Pembangunan sumber daya manusia menunjukkan pertumbuhan tidak hanya dihasilkan penambahan stok modal dan jumlah tenaga kerja, tapi juga yang kemudian disebut total factor productivity, akibat perubahan tehnologi dan peningkatan kualitas SDM. Atas dasar itu berkembang konsep human capital. Investasi dalam modal manusia, seperti pendidikan, pelatihan dan kesehatan merupakan sumber pertumbuhan yang tidak kalah pentingnya dibanding investasi pada modal fisik. Selain itu tujuan pembangunan ekonomi dan pembangunan sosial sama yaitu menciptakan kesejahteraan bagi manusia namun sudut pandangnya berbeda.

Kesejahteraan masyarakat terdiri dari berbagai faktor baik yang berupa kebutuhan lahiria maupun batinia dari sudut pandang ekonomi, kebutuhan hidup harus dipenuhi secara alamiah oleh manusia itu sendiri sebagai pelaku ekonomi. Dalam pengertian ini dikenal bekerjanya mekanisme pasar, atau adanya invisible hand yang mengatur sendiri keseimbangan antara kebutuhan dan pemenuhan kebutuhan. Kesejahteraan digambarkan sebagai pemenuhan kebutuhan (konsumsi), dengan pendapatan yang dihasilkan dari produksi.

Kesejahteraan masyarakat dihasilkan sendiri oleh masyarakat dan hasilnya dinikmati sendiri oleh masyarakat. Ilmu ekononomi memusatkan pada pembahasan 3 teori dasar : konsumsi (pengeluaran), produksi (pendapatan), distribusi (pasar). Sifat multidimensi dan bekerjanya mekanisme pasar memberi implikasi bahwa kesejahteraan masyarakat secara merata dapat dicapai dengan dipenuhinya 3 asumsi dassar :

  1. Setiap anggota masyarakat sebagai pelaku ekonomi berperan dalam kegiatan ekonomi (pembangunan);
  2. Setiap pelaku ekonomi mempunyai kemampuan (produktivitas);
  3. Setiap anggota masyarakat bertindak adil dan rasional

 

Dalam kenyataan asumsi dasar tidak mudah terwujud karena kemampuan masyarakat dalam pemilihan faktor produksi tidak sama dan menimbulkan kesenjangan. Kelangkaan faktor produksi dibandingkan dengan kebutuhan . Kelangkaan tersebut adalah sumberdaya alam, sumbedaya manusia (kemampuan( dan kelangkaan waktu. Dalam keadaan ini ekonomi pembangunan berupaya untuk mewujudkan pelaksanaan ekonomi secara nyata dan bertujuan untuk tercapainya kesejahteraan masyarakat secara adil dan merata.

Dalam ekonomi pembangunan terkandung pemahaman yang tidak hanya menekankan pada hasil akhir yang dicapai (efisiensi, produktivitas, stabilitas, dan pertumbuhan yang tinggi) tapi juga pada upaya upaya untuk mencapai tujuan tersebbut. Paham pembangunan ekonomi yang dianut sekarang sebenarnya sudah lebih luas dari hanya menitikberatkan pada pertumbuhan tapi juga telah mencakup aspek-aspek pemerataan.

Disini terletak bidang singgungnya dengan pembangunan sosial, penigkatan lapangan kerja produktif, pendapatan yang merata, penghapusan kemiskinan dan kesenjangan adalah tujuan pembangunan ekonomi yang juga tujuan pembangunan sosial.  Misalnya pembangunan bidang pendidikan. Dalam pembangunan ekonomi sama dengan meningkatkan produktivitas. Dalam pembangunan sosial sama dengan  menghasilkan manusia yang lebih cerdas, lebih mampu mewujudkan dirinya sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Nancy Birdsall (1993) secara tegas menyatakan “ Social development is Economic Development”. Investasi di bidang sosial tidak sia-sia dari segi ekonomi. Pembangunan ekonomi dan pembangunan sosial adalah dua muka dari satu mata uang yaitu pembangunan nasional. Tujuan pembangunan sosial dan pembangunan ekonomi sama tapi pendekatannya yang berbeda dan ukuran-ukurannya juga berbeda semuanya diprlukan untuk memperoleh gambaran yang utuh tentang pembangunan nasional.

Berbagai Aspek Pembangunan Sosial

Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Kesejahteraan ingin dicapai dan membangun harkat dan sesuai martabbat kemanusiaan dengan berlandaskan pada kemampuan dan mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal. Manusia yang bermartabat tidak akan puas dengan kehidupan pada belas kasihan orang lain, tidak ingin tergantung pada orang lain.

Paradigma yang tidak pernah berubah adalah kebutuhan akan lapangan pekerjaan.

Tantangan utama pembanguan yang merupakan masalah ekonomi dan sosial.

  1. Pengangguran
  2. Kemiskinan
    1. Kemiskinan absolut : Taraf kehidupan miskin di bawah suatu garis pendapatan tertentu yang menjadi batas minimum untuk manusia dapat hidup scara layak
    2. Kemiskinan relatif : Perbandingan tingkat pendapatan antara berbagai golongan pendapatan yang sangat jauh
    3. Ketimpangan, yang diatasi dengan upaya pembangunan . Terdapat beberapa bentuk ketimpangan :
      1. Ketimpangan antar golongan pendapatan
      2. Ketimpangan antar daerah /antar kelompok etnis/agama
      3. Ketimpangan antar sektor : sektor pertanian dan industri, sektor perkotaan dan pedesaan
      4. Ketimpangan Gender , Antara laki-laki dan perempuan
      5. Ketimpangan dalam kesempatan
      6. Ketimpangan antar masyarakat dunia maju dan berkembang yang menimbulkan gejala yang disebut keterbelakangan dan melahirkan ketergantungan )dependency)

Tiga masalah utama yang ingin dipecahkan dengan pembangunan yaitu :Lapangan kerja, kemiskinan dan ketimpangan.

Namun nampaknya banyak tantangan yang dihadapi :

  1. Tatanan sosial dan budaya yang sangat kuat ikatan-ikatan tradisional dan primordialnya
  2. Berkait dengan hal tersebut, lemahnya solidaritas antara kelompok-kelompok dalam masyarakat
  3. Keterbatasan sumberdaya di negara berkembang baik dana maupun manusia
  4. Penempatan prioritas yang rendah pada proyek-proyek sosial dibandu\ingkan dengan proyek-proyek ekonomi dan proyek-proyek prestise seperti monumen-monumen raksasa , stadiun modern
  5. Lembaga-lembaga dan pranata-pranata yang dibutuhkan untuk pembangunan belum berkembang, justru menjadi penghalang baik lembaga ekonomi sosial, politik, hukum
  6. Sikap pemerintah dan birokrasi yang acuh tak acuh dan tidak terpanggil untuk berpihak dan memberi perhatian kepada masalah sosial terutama yang menyangkut rakyat kecil.

Ruang Lingkup

Ruang lingkup kebijakan sosial dan pembangunan sosial berkembang dan meliputi tahap-tahap :

  • Hanya berkenaan dengan persoalan santunan sosial, untuk masyarakat yang kurang beruntung berkembang menjadi  pelayanan sosial yang lebih luas seperti pendidikan dan kesehatan lebih luas lagi mencakup upaya untuk mengatasi masalah sosial yang mendasar seperti kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan, dan prinsipnya distributif dengan fokus pada tindakan nyata.
  • Dalam pelaksanaannya pembangunan sosial dijalankan berdasar sistem yang berlaku dalam administrasi pembangunan di suatu negara.

 

Ada yang mengelompokkan dalam ruang lingkup masalah sosial, selain pendidikan, kesehatan, perumahan, kependudukan, juga pembangunan perkotaan dan pedesaan (Hardiman dan Midgley, 1982). Di Indonesia pembidangan pembangunan ditetapkan dalam GBHN. Selama Pembangunan Jangka Panjang I ada 4 bidang pembangunan yaitu bidang ekonomi, agama dan kepercayaan terhadap Tuhan YME, sosial budaya, PDL dan Hankam.

Di luar sektor agama, dalam bidang sosial budaya mencakup sektor : pendidikan, kebudayaan, ilmu pegetahuan, teknologi dan penel kesehatan, keluarga berencana, kependudukan, perumahan, kesejahteraan sosial, generasi muda, peranan wanita dalam pembangunan dan pembinaan bangsa.

 

Dalam Pembangunan Jangka Panjang II mulai Repelita VI, sesuai perkembangan dan antisipasi tantangan-tantangan pembangunan di masa depan, tetapi dikenal 4 aspek kehidupan bangsa yaitu : politik, ekonomi, sosial, budaya dan hankam. Namun pembidangan pembangunan telah diperluas menjadi 7 bidanga yaitu : ekonomi, kesejahteraan rakyat, pendidikan dan kebudayaan, agama dan kepercayaan terhadap Tuhan YME, ilmu pengetahuan dan teknologi, hukum, politik, aparatur negara, penerangan, komunikasi dan media masa, serta pertahanan keamanan.

 

PENDEKATAN-PENDEKATAN

 

Pendekatan yang paling awal berkait erat dengan paradigma pembangunan yang bertumpu pada pertumbuhan ekonomi. Menurut pandangan ini pertumbuhan yang tinggi akan menghasilkan kesejahteraan sosial bagi masyarakat. Karena itu tidak terdorong keperluan untuk memberikan perhatian pada masalah sosial yang dianggap akan terselesaikan dengan sendirinya dengan meningkatnya pendapatan karena pertumbuhan ekonomi yang akan meningkatkan taraf kehidupan dan kesejahteraan.

Selain itu ada anggapan bahwa pengeluaran untuk bidang sosial tidak produktif dan tidak menyebabkan tidak efesiensinya penggunaan sumberdaya nasional. Pandangan neo klasik dalam ekonomi  politik menghendaki kebtuhan sosial dipenuhi oleh upaya individual melalui ekonomi pasar. Pendekatan ini :

 

  1. Disebut residual . Kegagalan pembangunan yang tercermin dengan meluasnya kemiskinan dan melebarnya ketimpangan, menuntur adanya pendekatan baru

Perhatian mulai diberikan kepada pelayanan sosial, yang tidak mungkin dapat tersedia hanya dengan inisiatif individual dan mengandalkan hukum pasar . Pemerintah mulai merencanakan pembangunan di bidang sosial dan secara bertahap menyediakan dana pembangunan untuk membangun sekolah, rumah sakit, perumahan rakyat, instalasi air bersih dsb. Pendekatan ini disebut incremental. Kemajuan dapat dicapai secara bertahap , mungkin kemajuan kecil dan tidak merata antara satu sektor dengan sektor lainnya dapat berbeda percepatannya . Demikian juga antara satu wilayah lainatau suatu kondisi dengan kondisi lain.

Pendekatan ini lebih maju dari sebelumnya dan banyak digunakan dalam perencanaan pembangunan di negara berkembang. Pendekatan ini menurut Hardiman dan Midgley (1982) selain ada keuntungan juga ada kelemahannya :

a)      Banyak negara berkembang mengikuti pola yang terjadi di negara maju, hasilnya banyak yang gagal

b)      Pendekatan ini lebih merupakan reaki terhadap permintaan dan bukan kebutuhan, mengingat kebutuhan terbesar berasal dari lapisan masyarakat yang biasanya tidak turut serta dalam proses pembangunan dan kurang berpengaruhb dalam pengambilan keputusan

c)      Sifat inkremental tidak redistributif karenanya tidak akan dapat menyelesaikan masalah-masalah sosial yang mendasar dan berjangka jauh ke depan

d)     Pendekatan lain appropriative didasarkan atas pemenuhan kebutuhan bersifat redistributif dan partisipatif

e)      Dalam kaitan dengan itu dikemukakan sebuah pendekatan yang dikenal dengan pendekatan …sional komprehensif. Dalam pengertian ini diperlukan perencanaan berjangka serta pengerahan sumberdaya yang merupakan pengembangan potensi yang ada secara nasional yang mencakup seluruh masyarakat. Perlu dilibatkan semua lapisan masyarakat baik pemerintah maupun dunia usaha, lembaga sosial dan kemasyarakatan serta tokoh-tokoh individu yang mempunyai kemampuan untuk membantu. Program harus bersifat nasional . Dengan curahan sumberdaya yang cukup besar untuk menghasilkan dampak yang berarti.

f)       Pendekatan sektoral dan pendekatan terpadu atau unfied approach antara lain disarankan oleh Myrdal yang tidak ingin memisahkan pembangunan pembangunan ekonomi dan pembangunan sosial (Hardiman dan Midgley 1982).

Juga dapat dilakukan pembedaan pendekatan sektoral dan regional demikian juga pendekatan makro dan mikro, fungsional atau struktural.

 

Parisipasi dan Pemberdayaan

Pembangunan yang gagal di masa lalu, selain karena pendekatannya terbukti keliru yaitu terpusat pada pembangunan ekonomi dan penekanan pertumbuhan juga karena pembangunan hanya diikuti lapisan yang terbatas yaitu kelompok elit dan sebagian besar merupakan upaya birokrasi. Rakyat tidak diikutsertakan kecuali untuk mengerjakan apa yang harus dikerjakan untuk suatu proyek pembangunan. Seringkali rakyat melakukannya dengan tidak mengetahui persis mengapa mereka harus melakukan dan apa manfaat yang akan diperoleh.

Upaya demikian seringkali salah sasaran karena mengandalkan pengetahuan para perencana / kaum birokrat yang terbaik bagi rakyat tapi rakyat tidak didengar apa yang dirasakan terbaik bagi dirinya. Akibatnya sering terjadi kegagalan yang mengakibatkan benturan antara program dan rakyat yang berakibat program tidak berjalan dengan baik.

Selain itu karena rakyat yang terbelakang tidak bersuara / tidak didengar maka kelompok yang lebih maju yang bersuara dan didengar sehingga kegiatan pembangunan lebih mengarah kepada pemenuhan permintaan mereka karena itu dalam konsep pembangunan sekarang partisipasi menjadi paradigma yang sangat penting.

Partisipasi harus dimulai sejak awal, mulai dari tahap penyusunan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. Tingkat partisipasi sejajar dengan tingkat kegiatan pembangunan. Misalnya pembangunan nasional, provinsi, kabupaten dan desa

Partisipasi rakyat pada lapisan bawah yang paling efektif diselenggarakan dalam lingkup kelompok masyarakat. Dalam rangka ini dikembangkan konsep pembangunan masyarakat (community development) yang berakar pada partisipasi rakyat. Dengan partisipasi masyarakat maka program/kegiatan lebih berhasil karena :

  1. Diperoleh informasi yang lebih akurat tentang sumberdaya, kelembagaan masyarakat dan masalaha-masalah yang dihadapi
  2. Pelaksanaan pembangunan akan lebih kukuh karena didukung oleh masyarakat
  3. Hak yang paling mendasar dalam demokrasi yaitu turut menentukan apa yang terbaik bagi dirinya
  4. Dapat diperoleh penghematan dalam sumberdaya karena kegiatan yang lebih terarah serta adanya sinergi antara masukan masyarakat dan pemerintah

Sumber:

 

Adi, Isbandi Rukminto. 2001. Pemberdayaan, pengembangan masyarakat dan intervensi komunitas: pengantar pada pemikiran dan pendekatan praktis. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Ekowati, Lilik. 2005. Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi atau Program. Surakarta : Pustaka Cakra

Gonggong, Anhar. 1985. Mohammad Husni Thamrin. Jakarta: Departemen P & K.

KH, Ramadhan. (1992). Bang Ali Demi Jakarta (1966-1977). Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Midgley, James. 2005. Pembangunan Sosial, Perspektif Pembangunan Dalam Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam Depag RI.

Nugroho, Riant. 2003. Kebijakan Publik, Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Prayitno, Ujianto Singgih. 2009. Tantangan Pembangunan Sosial di Indonesia. Pusat Pengkajian Data dan Informasi (P3DI). Jakarta: Sekretariat Jendral DPR RI.

KEBIJAKAN DAN PEMBANGUNAN SOSIAL

Pengalaman pembangunan di negara negara berkembang menunjukkan pembangunan memberikan hasil lebih yang lebih baik jika berbagai dimensi pembangunan ditangani secara seimbang dan proporsional. Pengalaman tahap-tahap awal pembangunan di tahun 50an dan 60an  memberi pelajaran bahwa aspek-aspek lain selain aspek ekonomi harus mendapat perhatian bila ingin pembangunan berhasil mencapai tujuan yaitu mengejar ketertinggalan dan mewujudkan kesejahteraan yang adil dan merata. Pendekatan sosial harus diterapkan bersamaan dengan pendekatan ekonomi dalam strategi pembangunan yang merupakan dua sisi mata uang yang sama, keduanya harus dirancang dan dilaksanakan secara seimbang, saling mengisi, saling melengkapi dan saling memperkuat

Perkembangan konsep-konsep pembangunan

Pembangunan sebagai upaya mengejar ketertinggalan dan menciptakan kehidupan yang sejahtera sesuai dengan martabat kemanusiaan telah dijalankan oleh negara-negara berkembang yang umumnya bekas negara-negara jajahan dilaksanakan tidak hanya dengan memanfaatkan sumberdaya yag dimiliki tapi juga dengan bantuan dan kerjasama internasional. Hampir tidak ada negara berkembang yang membangun tanpa ada bantuan atau keterlibatan negara atau lembaga dari luar.

Terutama di negara-negara bekas jajahan karena kelangkaan sumberdaya baik modal, teknologi, terutama manusia, kekurangan lembaga sosial yang memadai termasuk aparat kenegaraan pada awalnya sangat tergantung pada bantuan negara-negara dan lembaga-lembaga internasional seperti PBB dan badan-badannya serta lembaga pembiayaan internasional seperti IMF dan Bank Dunia. Pada tahap awal yaitu tahun 1950an dan 1960an perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di negara-negara berkembang sangat tergantung pada para ahli dari negara-negara maju serta tenaga ahli dari negara-negara berkembang yang mengikuti pendidikan di negara maju. Mereka pada umumnya menerapkan resep-resep pembangunan berdasarkan pengalaman empiris negara-negara maju dan teori-teori yang dikembangkan atas dasar pengalaman tersebut.  Keberhasilan rencana Marshall untuk membangun kembali eropa PR reruntuhan Perang Dunia II juga keberhasilan rehabilitasi jepang memperkuat keyakinan akan pendekatan pembangunan berdasarkan pengalaman negara maju itu.

Pendekatan pembangunan tersebut terutama bertitik berat pada pembangunan ekonomi dengan asumsi bahwa hasil pembangunan ekonomi akan meningkatkan kesejahteraan dan menghapus kemiskinan. Berdasarkan pandangan tersebut investasi modal dalam skala besar dan penerapan teknologi modern akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, menyerap angkatan kerja, subsistem kelapangan kerja modern atas dasar upah dan secara bertahap akan menghilangkan kemiskinan. Pola yang ditempuh adalah proses industrialisasi yang dialami negara-negara maju yang telah menghasilkan peningkatan  taraf hidup yang cepat dan telah menghilangkan (kalaupun masih ada relatif kecil) kemiskinan sub sistem (Hardiman dan Midgley, 1982).

Sasaran yang penting adalah mencapai kemampuan untuk mandiri dalam melanjutkan pembangunan atau mencapai kondisi yang disebut take off atau lepas landas.

Kenyataan yang terjadi adalah sebaliknya. Banyak negara meskipun dengan investasi modan dan penerapan teknologi modern tidak mampu menghasilkan pertumbuhan pada tingkat cukup memadai untuk mencapai tahapan lepas landas tsb. Bahkan di beberapa negara yang mencatat pertumbuhan tinggi sekalipun kondisi tersebut tidak terwujudkan yang terjadi adalah ketergantungan atau keterikatan hutang yang makin besar.

Keadaaan yang lebih buruk lagi tercermin pada makin melebarnya kesenjangan, karena kegiatan yang menghasilkan pertumbuhan hanya melibatkan sebagian kecil masyarakat dan umumnya di wilayah terbatas maka hasil yang diperoleh hanya dinikmati sebagian kecil dari dan di wilayah tertentu saja.

Beberapa studi menunjukkan adanya proses pemiskinan atau marjinalisasi. Pertumbuhan ekonomi dan penerapan teknologi di banyak negara justru memperbesar jumlah orang miskin karena proses pembangunan dan modernisasi membutuhkan sumberdaya seperti tanah dan menitikberatkan pada efisiensi yang antara lain dihasilkan melalui persaingan sehingga masyarakat miskin kehidupannya lebih buruk daripada sebelum pembangunan. Selain itu adanya bahaya perusakan alam yang dapat mengganggu kelanjutan kehidupan manusia karena pembangunan yang memberi penekanan yang berlebihan kepada pertumbuhan karenanya dikembangkan berbagai alternatif terhadap konsep pembangunan ekonomi yang bertumpu pada pertumbuhan semata.

Dalam pemecahan masalah-masalah pembangunan selain upaya pertumbuhan ekonomi diperlukan juga pembangunan berorientasi kepada manusia yang dikenal dengan berbagai nama . Pembangunan ekonomi diyakini tetap diperlukan tapi harus serasi dengan pembangunan sosial yang fokusnya kepada manusia dan kualitas kehidupannya.

sumber:

Adi, Isbandi Rukminto. 2002. Pemikiran-pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial. Lembaga Penerbitan FEUI. Jakarta

Huda, Miftahul.2009. Pekerjaan Sosial dan Kesejahteraan Sosial: Sebuah Pengantar. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Midgley, James. 2005. Pembangunan Sosial, Perspektif Pembangunan Dalam Kesejahteraan Sosial. Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam Depag RI. Jakarta.

Prayitno, Ujianto Singgih. 2009. Tantangan Pembangunan Sosial di Indonesia. Pusat Pengkajian Data dan Informasi (P3DI). Sekretariat Jendral DPR RI. Jakarta

Mendidik Anak agar Tidak Materialistis

Orangtua zaman sekarang memiliki pekerjaan rumah demikian banyak dalam mengasuh dan membersarkan anak-anaknya. Hal yang paling kentara dan dirasa cukup sulit bagi orangtua adalah membesarkan anak tanpa tumbuh menjadi pribadi materialistis. Upaya orangtua harus  demikian kuat agar bombardir iklan di televisi, majalah, maupun pengaruh teman sebaya, yang menjadi beberapa faktor atas sifat materialistis, dapat diredam.

Studi yang dilakukan oleh Penn State’s Smeal College of Business, seperti dikutip dalam No More Misbehavin’ yang ditulis oleh Michele Borba, Ed.D, menyimpulkan bahwa anak-anak sekarang lebih materialistis di usia yang lebih muda lagi. Karena itu, menjadi tugas orangtua untuk menanamkan pemahaman kepada anak bahwa karakter moral, kontribusi terhadap lingkungan, dan kualitas hubungan mereka akan jauh lebih bernilai ketimbang materi yang bisa diperoleh.

Dengan kata lain, orangtua perlu meyakinkan anak bahwa identitas mereka tidaklah didasarkan pada apa yang mereka punya, tetapi pada siapa mereka. Orangtua perlu mempelajari sejumlah cara bagaimana cara membesarkan anak tanpa membuat mereka menjadi individu yang materialistis.

Berikut cara-cara yang disarankan:

* Membatasi tontonan televisi :

Ini aturan yang sering disebutkan oleh para ahli. Sebaiknya anak tidak menonton lebih dari dua jam setiap hari. Selain sejumlah program yang dibuat banyak yang masih tidak sesuai dengan usia anak, iklan yang muncul di antara program tersebut kerap menarik perhatian anak dan pada akhirnya membuat mereka menginginkannya. Cara lain yang juga dapat dilakukan adalah dengan mengalihkan perhatian anak saat jeda iklan. Kalaupun tidak, jelaskan kepada anak tentang teknik pemasaran yang biasa digunakan dalam iklan. Atau tonton acara yang tidak ada iklannya.

* Perhatikan apa yang diperhatikan anak: 

Bila Anda melihat anak ingin menggunakan celana jins skinny, pakaian dengan merek ternama karena melihatnya di majalah, inilah waktunya untuk menjelaskan kepada mereka agar tidak selalu mengikuti arus. Pada awalnya anak mungkin saja akan kesal, sebal, dan mengatakan Anda tidak paham perasaan mereka. Namun, dengan mengingatkan akan hal tersebut, pada akhirnya anak akan meresapi penjelasan Anda.

* Katakan “tidak”:

Bukan tindakan tepat untuk selalu memberikan apa saja yang diinginkan anak. Lagipula, menurut Michele, Anda tidak selalu mendapatkan apa yang diinginkan dalam hidup ini ‘kan? Mengatakan “tidak” atau menolak membelikan benda-benda yang diinginkan anak bukanlah hal keliru.

* Hadiah tanpa membeli:

Sesekali ada baiknya juga melatih anak untuk tidak membeli hadiah bagi anggota keluarga. Hal itu akan mendorong anak untuk kreatif dalam membuat hadiah tanpa mengeluarkan uang, misalnya membuat kartu, puisi, atau poster yang menggambarkan rasa sayang mereka bagi penerima hadiah.

* Menjadi panutan: 

Sebelum terburu-buru menyalahkan iklan di televisi maupun teman sepermainan anak, coba lihat kembali diri sendiri. Apakah Anda gemar mengoleksi barang tertentu yang harganya sangat mahal? Apakah Anda sebagai orangtua suka membeli aneka busana dari perancang atau merek terkemuka?

Kalau jawabannya iya, orangtua perlu membenahi diri. Perlu diingat, anak lebih meniru orangtuanya. Dengan kata lain, kalau orangtua ingin memiliki anak yang tidak materialistis, harus bisa menjadi contoh. Percuma saja orangtua mengajarkan anak untuk tidak selalu membeli barang mewah sementara sang ibu masih asyik membeli sepatu atau tas dengan harga selangit.

* Ajarkan prioritas: 

Gunakan keputusan berbelanja sebagai peluang untuk mengajarkan perencanaan keuangan, termasuk bagaimana mengontrol keinginan yang tidak perlu. Saat berbelanja untuk keperluan sekolah, misalnya, minta anak untuk membuat daftar barang yang diinginkan lalu buat prioritasnya.

* Latih kesadaran untuk menyumbang:

Tidak harus memaksa anak untuk mau menyumbangkan benda kesayangan mereka. Orangtua bisa menjadi contoh baik dengan menyumbangkan barang sendiri untuk kegiatan amal dan jelaskan alasan Anda melakukan itu. Setelah itu biarkan anak tahu bahwa mereka dapat mendonasikan barang-barangnya juga. Barang tersebut bisa diberikan kepada sepupu yang lebih kecil ataupun kepada anak-anak yang tidak mampu. Hal itu akan membantu anak menyadari bahwa barang hanya objek semata.

Mereka juga belajar untuk melepaskan kesenangan dari barang yang dimiliki agar orang lain dapat merasakan, kesenangan yang sama, seperti yang dialaminya.

 

Sumber: http://health.kompas.com/read/2012/02/06/11314823/Mendidik.Anak.agar.Tidak.Materialistis